Punya Kekurangan dan Kelebihan, Lebih Pilih Novel atau Film?

sc. http://geekplease.blogspot.co.id/2015/01/glist-10-film-based-on-novel-terbaik.html




            Sejak dulu hingga saat ini, telah banyak dirilis film hasil adaptasi dari novel. Sebut saja Harry Potter, Twilight, dan lain-lain. Beberapa film adaptasi laris manis di pasaran, namun tidak sedikit pula yang mendapat kritikan pedas karena tidak dapat memenuhi ekspektasi penonton. Harry Potter adalah salah satu contoh film yang berjalan mulus tanpa kritikan berarti. Mayoritas penonton merasa puas dengan tampilan yang disuguhkan dalam film tersebut. 

Mengadaptasi kisah dari novel ke dalam film tentu tidak mudah. Ada banyak kendala yang dihadapi oleh pihak produser. Seperti, durasi film yang singkat, penyempitan alur, serta interpretasi karakter maupun suasana yang tergambar dalam novel.

            Terlepas dari kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh novel maupun film, pilihan antara kedua opsi tersebut kembali lagi kepada masyarakat selaku penikmat karya. Sebagian orang merasa kecewa dengan versi film, namun sebagian lainnya lebih memilih menonton film daripada membaca novel. Berikut adalah wawancara dengan seorang narasumber tentang topik ini: 






TRANSKRIP 

Pewawancara: Ridha Wahyuni & Nurul Fajri

Narasumber:  Putri Emma J.W


Sesi I

Ridha   : Selamat siang, saya Ridha Wahyuni dari Sastra Inggris Universitas Andalas. Hari ini saya akan melakukan wawancara dengan topik “Film yang diadaptasi dari novel”. Di sini sudah hadir bersama saya Putri Emma dari Sastra Inggris 2016. Selamat siang, Putri Emma.

Putri    : Selamat siang

Ridha   : Seperti yang kita tahu, beberapa tahun terakhir ini banyak sekali film yang dirilis yang diadaptasi dari novel, seperti Harry Potter, Twilight, dan lain-lain. Bagaimana dengan Putri sendiri? Apakah pernah menonton film tersebut?

Putri    : Iya, saya sering ya nonton film yang diadaptasi dari novel. Misalnya kayak, The Faults In Our Stars, terus Sunshine Becomes You, Winter in Tokyo, ya kayak gitu lah

Ridha   : bagaimana pendapat Putri tentang film itu?

Putri    : filmnya bagus, tapi kan, ya kita tahu ya, kalau misalnya diadaptasi dari novel pasti tidak semua apa yang ada di novel dimasukkin ke dalam film itu. Jadi kayak, kadang kurang memuaskan tapi ada bagian yang memuaskan juga. 

Ridha   : dan apa yang perbedaan yang Putri temukan antara versi novel dan versi filmnya?

Putri    : kalau versi novel itu enak ya, soalnya kita kayak berimajinasi sendiri, setiap membaca pasti ada lah imajinasi, kan. Jadi pas kita berimajinasi tu mau diapain aja, kek misalnya, luas gitu kan kita mau menggambarkannya. Tapi kalo misalnya movie, pasti dia terbatas. Misalnya, apa yang digambarin sama film itu, ya udah itu aja, gitu. Nggak bisa kayak dikembangin lagi kayak gitu, kan. Jadi kayak rada gimana gitu ya, maksudnya kurang gitu di bagian movie. Tapi kalo novel bagus gitu, imajinasinya bisa diluasin.

Ridha   : lalu, menurut Putri sendiri, lebih suka yang novel atau menonton film?

Putri    : kalo saya sendiri prefer-nya ke novel. Soalnya, ya kayak tadi, jadi buat mengimajinasikan, menggambarkannya itu lebih, apa ya, lebih luas gitu lah dibanding kalo dari film sendiri. Soalnya kalo film terbatas. Kalo novel kan kita bisa imajinasiin, terserah kita mau diapain. Misalnya, orangnya yang, kayak contoh Sunshine Becomes You. Alex Hirano itu di film dibintangi sama Herjunot Ali kan, tapi kalo misalnya aku, bisa aja aku pake artis Korea siapa gitu, atau artis barat siapa, kan, kayak gitu. Maksudnya imajinasi aku. Jadi kayak lebih dapet, gitu. Menurut aku sih gitu. 

Ridha   : oke, berikutnya akan dilanjutkan oleh rekan saya, Nurul Fajri.  


Sesi 2
 
Nurul   : Baiklah, selanjutnya, menurut Putri apakah film tersebut memenuhi ekspektasi Putri?

Putri    : tergantung ya, kadang tergantung sama sutradaranya juga. Kalo aku sih, kayak tadi, fifty-fifty. Soalnya, ada film yang bisa diambil, bisa dibuat memenuhi apa yang kita mau ada yang enggak. Kayak misalnya Critical Eleven. Itu kan diambil dari novel juga. Nah itu, pemerannya itu chemistry-nya dapet seperti yang ada di novel. Jadi kayak, sedikit membuat bagus lah. Kalo misalnya yang lain, tergantung juga, misalnya, Winter in Tokyo, nah itu jauh banget dari ekspektasi. Kayak, yang misalnya yang kita bayangin kayak gini, yang ditampilin kayak gitu. Kayak beda gitu. Jadi tergantung juga sih, ke sutradaranya sendiri

Nurul   : film yang diadaptasi dari novel itu cenderung memiliki durasi yang singkat dan perluasan alur atau pengurangan tokoh. Bagaimana menurut Putri?

Putri    : kalau menurut saya sendiri sih itu wajib ya digituin, soalnya kan kalo misalnya dari novel dibuat film, kan film itu terbatas ya, kalo misalnya panjang berarti drama, dong. Jadi, itu emang udah keperluannya gitu. Soalnya kalo misalnya banyak tokoh juga, nanti ribet kan pengambilan gambarnya. Jadi menurut aku itu emang udah wajib dilakuin kayak gitu. Jadi, nggak masalah, sih, ya

Nurul   : kebanyakan orang itu mengkritik dari sisi filmnya, bukan sisi novelnya. Sehingga banyak yang berasumsi bahwa film itu kurang berkualitas kalau dibandingkan dengan novelnya. Bagaimana menurut Putri?

Putri    : sebenarnya sih, kalo misalnya kita baca novelnya dulu, baru nonton filmnya pasti bakalan ngomong kayak gitu. Tapi kalo misalnya kita nonton filmnya dulu, baru baca novelnya pasti kita nggak bakalan ngomong kayak gitu. Soalnya kan udah mindset-nya kita gitu, kan. Udah ngebaca, kita berimajinasi yang luas, terus tiba-tiba nonton film yang cuma segitu digambarin, pasti kita ngomong kayak gitu. Tapi menurut aku, kita nggak bagus sih, kayak nge-judge filmnya gitu. Karena, filmnya itu juga kan, maksudnya ngebuat script, gitu-gitu, susah. Karena memang, misalnya, kayak tadi. Kita kalo mau buat film kan emang harus durasinya pendek, kan nggak boleh panjang. Kalo panjang, ya kayak drama-drama yang di TV-TV, atau sinetron yang ber-series gitu, kan. Jadi, kalo hal kayak gitu sih sebenernya udah harus dimaklumin, deh, kayak gitu. Mungkin disitu kita bisa cuma kasih masukkan aja ke yang buat film, semoga bisa lebih berkembang lagi. Jadi bisa kayak, efek-efek yang ada di film-film itu bisa ditambahin lagi. Jadi, apa yang kita ekspektasiin sama realitanya nanti di film bisa sesuai lah, gitu. 

Nurul   : Sekian interview singkat dari saya dan rekan saya, Ridha. Terima kasih, Putri atas waktunya. Selamat siang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hujan Lebat, Gedung Kuliah UNAND Banjir

Ulasan Novel "My Sister's Keeper" Karya Jodi Picoult

Pernah Nggak Sih, Memperhatikan Perilaku Berbahasa Teman-Teman di Sekitar Kalian?